Kamis, 19 April 2012

Sains & Teknologi

Bingkai Baja untuk Gedung Tahan Gempa


Peneliti baru-baru ini menemukan sebuah sistem struktur baru untuk bangunan, yang mampu menahan gempa. Struktur ini telah sukses diuji di Jepang, dan mampu bertahan walau di saat gempa yang ekstrem sekalipun.

"Sistem struktur baru ini berpeluang membuat sebuah gedung  menjadi jauh lebih tahan terhadap gempa dan lebih mudah untuk memperbaikinya, sehingga pemulihan gedung tersebut bisa lebih cepat," ujar Greg Deierlein, profesor teknik sipil dan teknik lingkungan dari Stanford University, seperti dikutip dari ScienceDaily.com.

Sistem struktur ini ddesain oleh para peneliti Stanford University dan University of Illinois. Selama pengujian sistem ini terbukti telah berhasil bertahan dalam sebuah simulasi gempa yang lebih besar daripada 7 Skala Richter, lebih besar daripada gempa yang baru saja terjadi di Sumatera Barat 30 September 2009 lalu.

Ia mampu mendisipasi (menyalurkan) energi melalui jalur-jalur bingkai baja yang menempel pada kerangka atau dinding eksterior bangunan. Kolom-kolom baja itu sendiri bisa menjadi bagian yang inheren dari desain bangunan, atau bisa juga dikombinasikan dengan desain bangunan yang sudah ada.

Uniknya, tak seperti struktur gedung konvensional, sistem ini cenderung menghilangkan goyangan, selama terjadi gempa besar. Bingkai baja ini terdiri dari beberapa bagian. antara lain adalah fondasi baja di bagian bawah, 'sekering' baja, serta urat baja yang terdiri dari kawat-kawat baja pilinan.
Struktur bangunan tahan gempa besutan peneliti Stanford University

Urat baja yang terletak di bagian tengah bingkai baja, didesain untuk bisa berlaku elastis ketika gedung sedang doyong akibat gempa. Namun, ketika guncangan gempa berakhir, urat baja yang terbuat dari baja berkekuatan tinggi itu akan menyesuaikan kepada panjangnya semula, menarik gedung untuk kembali pada posisi awal.

Di bagian bawah bingkai, terdapat sekering baja yang meakan menjaga gedung dari kerusakan. Sekering ini yang berfungsi untuk melenturkan, membuang induksi energi dari gempa, dan memperkecil kerusakan.

Fungsinya hampir sama dengan sekering listrik yang akan meledak dan memutus listrik ketika terjadi terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Sekering ini akan mudah diganti bila mengalami kerusakan.

Baru-baru ini Deierlein dan rekan-rekan mereka melakuka pengujian guncangan terhadap sistem ini di Hyogo Earthquake Engineering Research Center di Miki City, Jepang. Mereka menggunakan model gempa di Kobe Jepang yang berkekuatan 6,9 SR (1995), dan gempa Northbridge yang berkekuatan 6,7 SR (1994).

Gempa Northbridge tercatatsebagai gempa yang paling besar menimbulkan kerugian yakni US$ 40 miliar (sekitar Rp 400 triliun). Sementara gempa Kobe merupakan gempa yang menelan 6000 korban jiwa dan kerugian ekonomi sekitar 3 kali gempa Northbridge.

Hasil pengujian, ternyata bingkai baja tersebut mampu menahan daya rusak gempa. Kerusakan yang terjadi hanya pada bagian sekering baja yang bisa diganti. Padahal, di akhir pengujian, para peneliti meningkatkan kekuatan gempa buatan hingga 1,75 kali lebih besar dari model gempa Northbridge.

"Kebanyakan bangunan tahan gempa yang ada saat ini, mengorbankan bangunan itu sendiri demi menyelamatkan penghuninya," ujar Deierlein. Sehingga walaupun bangunannya tidak rubuh, seringkali bangunan itu musti dihancurkan karena telah mengalami deformasi atau terlalu rusak.

Oleh karenanya sistem struktur gedung baru ini diharapkan akan memberikan keamanan bagi penghuni gedung dan membawa keuntungan ekonomis bagi pemilik gedung.

Sumber : www.teknologi.vivanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar